Jumat, 05 Februari 2016

Perindu Musiman

Di penghujung ruang tamu, pelantun nada membisu
Duduk berdiri dikursi sofa, tak ada yang mengajaknya bicara
Tubuhnya merekah tanpa darah, kulitnya sendu bermandikan debu
Malangnya gitar itu

Sebelahnya, sebatang kara meratap penuh harap
Tatap kosongnya pada meja, sebungkus rasa dan penyala, mesra berdua
Bersandar dengan posisi ternyaman, melamun bayang melayang
Ingatan terisikan pesona perempuan, begitu dalam ia memikirkan
Dadanya degup bersenandung kerinduan, mengiringi sajak murahan

Kala langit menitihkan air mata, hitam pena berjalan bersama genggaman
Pasti namun perlahan, mencurah hati tak tertahan
Menggores lembut sepenuhnya, lihai geraknya diatas kertas lama

Jemari menari mengikuti arah jam, meliuk-liuk kearah kanan
Musim hujan telah membangkitkan perindu, jiwa haus pertemuan
Tak merasakan apapun ditubuhnya, selain debar
Setiap tetes air hujan mengandung rindu yang bertaburan,
Mengobarkan rasa untuk sebuah penantian, perempuan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar